Menulis, Kunci Mewujudkan Generasi Cerdas dan Mandiri

 *Artikel ini telah masuk peringkat 10 besar Artikel Populer se Jawa Tengah tahun 2010 oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah

A. Pendahuluan
Menulis merupakan ungkapan hati dan ide dari pikiran, yang dicurahkan melalui tulisan yang dapat menjadikan seseorang menjadi berwawasan luas. Menjadi manusia yang cerdas dan mandiri serta dapat mengembangkan bakat yang masih terpendam di dalam diri.

Menulis dapat dilakukan oleh siapapun. Baik muda ataupun tua. Dengan menulis, kita akan merasa lega, karena dengan menuliskan perasaan hati ke dalam lembaran kertas, maka rasa gelisah ataupun sedih itu akan hilang. Anggaplah pena dan kertas sebagai teman setia kita.

Dalak kehidupan sehari-hari kita jarang menjumpai seseorang yang gemar dalam menulis. Para pelajar baru menulis ketika mendapat tugas dari sekolah. Padahal dalam kegiatan menulis, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh.

Menulis bahkan mampu meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Fatima Mernissi (Dalam Munawir Aziz, 2008), Intelektual muslim yang lahir pada 1940 di Maroko mengungkapkan bahwa menulis merupakan forum terbaik untuk menumpahkan apa saja yang mengganggu pikiran dan perasaan. Lebih lanjut Fatima Mernissi mewartakan kepada kita bahwa menulis dapat meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Menulis secara istiqomah setiap hari lebih baik daripada operasi pengencangan wajah. "Usahakan menulis setiap hari, niscaya kulit Anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa," ungkap Mernissi.



Perjalanan hidup Pipiet Senja juga membuktikan hal ini. Penulis perempuan yang produktif berkarya ini sejak kecil menderita leukimia; kanker darah yang mengancam jiwanya. Di tengah kegalauan akan penyakit yang dideritanya, Pipiet Senja memilih jalan kesunyian dengan membaca dan menulis buku. Pipiet mengisi waktu luangnya dengan menulis jejak kegelisahan dan gagasan yang bertebaran di pikirannya. Walaupun setiap minggu harus tranfusi darah untuk penyegaran tubuh, akan tetapi semangat menulisnya tak pernah surut, justru menjadi gelombang ide yang membuatnya asyik menuliskan gagasan.

Maka, dapat kita telusuri dalam jejak sejarah penerbita negeri ini, karya Pipiet Senja telah beterbaran di mana-mana hingga pelosok tanah air. Dari pancangan semangat menulis itulah, Pipiet menjadi lebih tegar menghirup napas kehidupan.

B. Budaya Membaca


Dalam hidup dan kehidupannya, seseorang pasti punya gagasan dan tujuan hidup. Tetapi semua itu tidak akan tercapai bila direnungkan saja tanpa menuliskannya. Untuk itu, agar gagasan dan tujuan itu tidak hilang, kita perlu mengungkapkan tujuan itu melalu goresan pena. Dengan demikian kita akan mengingat tujuan dan gagasan yang akan kita raih suatu saat nanti. Sehingga akan terus mengorbankan semangat dalam dada kita untuk mencapai prestasi yang terbaik dalam hidup ini.

Menulis tidak hanya mengandalkan bakat yang dimilikinya saja. Tetapi menulis membutuhkan kemauan dan minat yang muncul dari dalam dari dalam diri seseorang. Karena bakat hanyalah sebuah dukungan dari dalam diri kita yang telah tertanam.sejak kecil. Seorang penulis dikatakan cerdas karena ia selalu.menggambarkan akal pikirannya secara alami dan dapat menggabungkan antara gagasan dan perasaannya.

Menulis membutuhkan modal yaitu membaca. Dengan membaca seseorang penulis akan mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dari membaca. Apa yang dibaca akan menambah wawasan dan pemgetahuannya. Dengan demikian, penulis akan lebih berwawasan untuk u melengkapi karya-karya tulisnya, dengan pengetahuan yang ia miliki.

Menurut H.A.R Tilaar (1999), membaca pada hakekatnya merupakan proses untuk memiliki ilmu pengetahuan. Proses memiliki ilmu pengetahuan merupakan suatu proses yang dikenal dengan belajar. Belajar yang merupakan inti dari pendidikan sebagian besar didominasi oleh kegiatan membaca.

Ilmu pengetahuan yang berkembang sangat pesat itu tidak mungkin lagi dapat dikuasai melalui proses mendengar atau proses transisi dari sumber ilmu pengetahuan (guru) tetapi melalui berbagai sumber ilmu pengetahuan yang hanya dapat diketahui melalui proses membaca.

Membaca merupakan kunci sukses pendidikan suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai tradisi membaca. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat mengoptimalkan fungsi mata untuk membaca. Bukan menghabiskan energi mata untuk memelototi tayangan televisi yang miskin unsur pendidikannya.

Pengalaman Marcia Thomas, seorang ibu di Memphis, Tennesse, sebagaimana dikutip Fauzil Adhim (2007), membuktikan bahwa kegiatan membacakan buku pada anak usia dini terbukti mampu melesatkan kecerdasan otak anak. Marcia Thomas bercerita,"Anak kami, Jennifer, lahir pada September 1984. Salah satu hadiah yang pertama kali kami terima adalah sebuah buku The Read-Aloud Handbook. Kami membaca bab pendahuluan dan kami sangat terkesan dengan kisah Cushla dan keluarganya. Kami lalu memutuskan untuk memberi "diet" kepada anak perempuan kami dengan sekurang-kurangnya sepuluh buku sehari.

Ketika itu, dia harus menjalani rawat inap di rumah sakit selama tujuh minggu karena gangguan jantung dan bedah kontraktif. Begitulah, kami mulai membacakan buku kepadanya saat dia masih menjalani perawatan intensif; dan manakala kami tidak bisa menemaninya, kami meninggalkan tape berisi rekaman cerita dan meminta kepada perawat untuk menghidupkannya buat anak kami.

Usaha Marcia Thomas yang begitu bersemangat tidaklah sia-sia. Pada usia SD, anaknya selaly memperoleh nilai tertinggi untuk membaca. Tidak ada kegemaran yang lebih disukai oleh Jennifer melebihi membaca.

Tetapi, bukan itu yang membahagiakan orang tuanya. Marcia Thomas menuturkan, "Apa yang membuat cerita kami berharga adalah bahwa Jennifer lahir dengan Down Syndrome. Pada usia dua bulan, Marcia diberitahu bahwa Jennifer hampir-hampir mengalami.kebutaan, tuli, dan keterbelakangan mental yang parah. Ketika dites pada usia empat tahun, IQ-nya hanya III".

Mata yang senantiasa membaca akan mengalami luapan ilmu pengetahuan. Luapan ilmu pengetahuan inilah yang akan menetaskan sebuah karya tulis. Dengan kata lain, mata yang membaca akan meningkat derajatnya menjadi mata yang mampu menghasilkan karya tulis.

C. Pelajaran Menulis


Untuk mewujudkan generasi yang gemar membaca dan menulis perlu suatu langkah terobosan dengan menjadikan pelajaran menulis sebagai mata pelajaran tersendiri. Pelajaran menulis perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional. Sebagai seorang pelajar, penulis sendiri merasakan bahwa selama di bangku sekolah dorongan untuk menulis kreatif sangat jarang penulis terima.

Di Inggris dikenal istilah writing yang berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri. Dengan menulis sebagai mata pelajaran tersendiri, sejak kecil siswa dilatih untuk mencintai menulis. Hal ini didukung data penelitian yang dilakukan di Tizard dan kawan-kawan (Suyanto, 2003), yaitu dari 108 siswa kelas2 SD di Inggris yang memiliki kemampuan menulis buku 24 %, menulis deskriptif 23 %, menulis cerita 19 %, menulis berita 11 %, menulis indah 10 %, menulis pada kartu ucapan 7 %, labelisasi pada gambar 3 % dan menulis puisi/drama 2 %.

Pelajaran menulis sangatlah penting. Mengapa ? Karena seseorang yang tidak bisa menggabungkan antara buah pikir, perasaan dan pengetahuannya. Berbeda dengan orang yang dapat menggabungkan buah pikir, perasaan serta pengetahuannya. Ia akan menulis apa yang diketahuinya dan akan menuangkan perasaan yang sedang dirasakannya, walaupun dengan keadaan sedih ataupun gembira.

Seperti halnya Rama Aditya, seorang penulis kreatif yang tak pernah mengenal putus semangat dalam melakukan dan mengisi hidupnya dengan berbagai kegiatan yang bahkan tidak dapat dilakukan oleh manusia normal. Ia adalah sosok manusia kreatif. Walaupun hidupnya dipenuhi dengan kegelapan. Ia selalu berusaha keras seperti halnya manusia lainnya. Ia terus bersemangat dan tetap mensyukuri apa yang didapatkannya. Sehingga kini ia menjadi orang yang sukses.

Pelajaran menulis dapat mengajarkan kepada para pelajar kiat-kiat menjadi penulis yang baik. Pertama, seorang penulis pasti memiliki minat untuk menulis. Minat sangat dibutuhkan ketika kita melakukan sesuatu. Kita harus berminat menulis jika ingin melakukannya. Berminat menulis diartikan bahwa, menulis itu memerlukan kemauan dan minat yang kuat.

Jika seseorang akan menulis tanpa minat yang kuat, maka yang didapatkan ialah karya tulis yang kurang sempurna. Karena minat hanya dapat dimunculkan melalui diri sendiri. Juga tak dapat dilihat melalui mata seseorang. Tetapi bisa dilihat dari segi cara ia mengungkapkan ke suatu tulisan, yang menarik ataupun sebaliknya. Maka minat adalah jalan kita untuk mewujudkan apa yang diinginkan.

Kedua, seorang penulis juga membutuhkan latihan dan usaha untuk menjadikan karya tulisnya menjadi lebih sempurna. Berlatih menulis ini dibutuhkan agar seseorang dapat mempertahankan minat yang telah dimilikinya. Dengan berlatih, ia akan terbiasa dalam menulis berbagai hal yang ingin diungkapkannya. Bahkan ia akan terhibur oleh tulisan-tulisannya sendiri.

Ketiga, menulis suatu cerita dapat dilakukan dengan mengisahkan suatu pengalaman. Pengalaman dari diri sendiri ataupun pengalaman dari diri orang lain. Pengalaman yanf dikisahkan dan dibentuk suatu cerita dapat juga diubah menjadi cerita yang lebih menarik. Pengalaman bukan hanya pengalaman yang menyenangkan. Tetapi dapat juga dengan pengalaman yang menyedihkan atau bahkan mengharukan.

Keempat, menulis juga membutuhkan pengamatan untuk meningkatkan kualitas karya tulisnya. Seorang penulis membutuhkan pengamatan agar wawasannya semakin luas. Pengamatan tidak harus dilakukan ditempat-tempat tertentu seperti halnya para ilmuwan dan pengamat. Cukup kita amati lingkungan kita, tempat-tempat yang ingin kita kunjungi agar menambah wawasan dan dengan mengamati alam sekitar kita. Karena seorang penulis tidak akan lepas dari lingkungannya.

Kelima, menulis merupaka kunci utama yang paling mudah untuk dapat menyatakan sesuatu. Terkadang sulit bahkan sangat sulit untuk menyatakan sesuatu hal kepada orang lain. Tetapi dengan mencurahkan isi hati itu ke dalam suatu tulisan, maka kita dengan mudah menggoyang-goyangkan pena kita ataupun menekan tombol-tombol keyboard.

Perasaan dan isi hati itu memang sulit bila diungkapkan dengan lisan, serta lebih mudah diungkapkan melalui tulisan yang mudah dipahami. Dengan menuliskannya, maka apa yang ada dalam pikiran, perasaan serta isi hati itu dapat kita keluarkan. Itulah manfaat menulis dalam kehidupan sehari-hari. Bila sedang sulit untuk mengungkapkan sesuatu dan itu membuat diri kita menjadi lebih lega. Karena beban yang ada dalam diri kita telah kita keluarkan.

Keenam, menulislah dengan penuh keberanian. Menulis dengan keberanian mengungkapkan sesuatu dalam tulisannya, merupakan suatu ketegasan yang muncul di dalam diri seorang penulis. Ia berani mengungkapkan hal yang sebenarnya sesuai dengan isi hatinya. Karena keberanian, ketegasan dan kejujuran harus ditanamkan di dalam diri seorang penulis.

Dalam menulis, seseorang harus benar dalam menuliskannya. Karena menulis bukan berarti hanya menulis cuma-cuma. Tetapi ia harus mengerti mana yang benar dan mana yang salah, mana yang seharusnya ditulis dan mana yang seharusnya tidak ditulis. Penulis yang mendahulukan kebenaran, akan selalu membuat karya tulis apa adanya dan dalam karya tersebut mengandung kebenaran serta masuk akal.

Seorang penulis yang karyanya mengandung kebenaran, maka ia akan diidolakan oleh masyarakat. Seperti seorang penyair ternama yaitu Willibrordus Surendra Broto Rendra, yang sering dikenal dengan sebutan W.S. Rendra. Dari karya-karyanya sudah terlihat bahwa dalam dirinya ia mempunyai keberanian mengungkapkan sesuatu sesuai dengan isi hati dan kebenaran yang sebenarnya. Karya tulisnya masih dikenang, walaupun kini ia telah meninggal dunia. Karya tulis.yang dibuat dengan sempurna, maka akan dijadikan inspirasi masyarakat sampai akhir hayat penulis tersebut.

Ketujuh, menulis memerlukan pikiran yang jernih. Dengan pikiran yang jernih, seseorang akan lebih berkonsentrasi untuk melaksanakan sesuatu. Dengan konsentrasi, akan menghasilkan suatu karya yang sempurna. Tanpa konsentrasi dan pikiran yang jernih, maka akan menghambat dalam menuangkan gagasan dan ide-idenya.

D. Peran Perpustakaan

Menurut Soetarno NS (2003), oleh karena pendidikan merupakan proses alih dan pengembangan ilmu pengetahuan dengan sekolah dan perpustakaan sebagai medianya, maka perkembangan bidang pendidikan berkaitan erat dengan keberadaan perpustakaan. Sesuai kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, pendidikan dan perpustakaan bagaikan dua sisi mata uang yang sama nilainya dan tak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi dan mengisi.

Hal ini berarti peran perpustakaan sekolah sangat signifikan untuk mewujudkan budaya menulis dikalangan pendidik maupun peserta didik.

Menurut Romi Febriyanto Saputro (2005), perpustakaan dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru sebagai tempat pembelajaran di luar kelas. Kebutuhan siswa untuk melakukan proses aktive playing (belajar aktif), interpretation (interpretasi), make sense (masuk akal), negitiation (pertukaran pikiran), cooperative (kerjasama), dan inquiry (menyelidiki) dapat dilakukan di perpustakaan sekolah.

Di perpustakaan siswa juga dapat melaksanakan konsep belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar seumur hidup (life long learning).

E. Kesimpulan


Budaya menulis merupakan kunci untuk mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dan mandiri. Menulis sebenarnya merupakan kebutuhan setiap orang. Albert Einstein yang dikenal sebagai seorang ilmuwan ternyata juga seorang penulis yang produktif. Tak kurang dari 20.000 makalah yang telah beliau hasilkan.

Untuk mewujudkan budaya menulis, maka pelajaran menulis perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional. Agar sejak usia dini, para pelajar kita terbiasa untuk menulis. Selain itu, pihak sekolah juga harus meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah sehingga perpustakaan dapat berfungsi maksimal dalam meningkatkan budaya membaca peserta didik. Meningkatnya budaya membaca dikalangan peserta didik pada akhirnya akan menghasilkan budaya gemar menulis. Sehingga akan lahirlah sebuah generasi yang cerdas dan mandiri.



Daftar Pustaka

Aziz, Munawir. 2008. "Menulis, Terapi yang Menyembuhkan". Jawa Pos, 4 Desember.
Adhim, Fauzil. 2007. Membuat Anak Gila Membaca. Bandung : Mizan.
Saputro, Romi Febriyanto. 2005. "Perpustakaan & Meaningfull Learning. Banjarmasin Post, 2 Februari.
Suyanto dan Hisyam, Djihad. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium III, Yogyakarta : Adicita.
Sutarno NS. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalan Perspektif Abad 21, Magelang : Indonesia Tera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal