Aturan di Luar Batas Kemampuan
Oleh: Muthi'ah
Sebagai pusat dari segala aturan bernegara, Pancasila menjadi hal
yang sangat penting untuk diketahui kemudian dipelajari bagi setiap individu
yang berada di bawah naungannya. Sehingga bukan hanya tatanan pemerintahan saja
yang berhak mengamalkan serta mendalami makna daripada kandungan nilai-nilai Pancasila,
namun perlu pengenalan kepada seluruh warga negara Indonesia sebagai masyarakat
sosial yang berada di bawah aturannya. Namun jika dilihat dari sisi kehidupan
yang mengarah kepada cara hidup bernegara, terlihat betul cara pandang
masing-masing individu pada khususnya dalam mempelajari kelima dasar ini. Sehingga
diperlukan pengertian yang mendasar bagi mereka yang belum mengerti hakikat
sebenarnya sebuah Pancasila, atau adanya pemahaman yang kurang tepat dalam
memaknai kelima sila tersebut.
Maka dari itu, lahir berbagai paham yang mengikuti alur munculnya
perbedaan terhadap pandangan tersebut. Salah satunya menerapkan metode
pendekatan terhadap objek (masyarakat) sebagai sasaran untuk mencapai tujuan
dalam mentransfer ilmu pengetahuan mengenai seluk-beluk Pancasila. Pendekatan
ini dapat dilakukan dengan jalan pengabdian masyarakat. Secara efektif, sarana
ini dapat ditempuh mengingat peran kita sebagai mahasiswa yang memungkinkan
untuk berbaur bersama dengan masyarakat. Hal ini akan terjalin searah dengan berjalannya
waktu. Dimana semakin banyak kita berjasa terhadap masyarakat, maka akan membuka
peluang untuk menanam kepercayaan kepada mereka untuk menerima pemahaman yang
sejalan dengan ulasan yang akan kita sampaikan.
Jika hal ini telah terlaksana dengan baik, maka strategi selanjutnya
yaitu melakukan kegiatan yang bertujuan memberikan pengarahan paham mengenai
makna Pancasila di dalam kehidupan bernegara. Sebagai contoh, mengadakan
seminar yang dirasa mampu membawa pola pikir masyarakat di dalam memaknai isi
kandungan Pancasila. Sehingga warga bukan hanya disuguhi materi “instan” yang
sulit untuk diterima oleh mereka, tetapi juga logika (nalar) yang mengajak
mereka berpikir ke arah yang telah kita tunjukkan. Namun seminar ini bukan
hanya dimaksudkan sebagai simbol formal semata, tetapi juga menghasilkan finishing
berupa pengetahuan kepada masyarakat terhadap Pancasila agar mampu diterapkan dalam
menjalankan kehidupannya sebagai warga negara. Sehingga secara sadar, mereka
mengerti apa yang harus diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
***
Sebagaimana dalam uraian di atas, telah dijabarkan metode yang
dipakai dalam memperkenalkan Pancasila beserta seluk-beluknya. Cara tersebut
ditempuh bukan tanpa sebab, akan tetapi memiliki tujuan sebagaimana yang hendak
ditanamkan dalam jiwa tiap individu. Pertama, memberikan pemahaman
terhadap semua warga negara baik secara sadar maupun tidak sadar. Aspek ini
berkaitan dengan penerapan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan secara
langsung. Erat juga kaitannya dengan sikap dan perilaku manusia yang mendasari
timbulnya pengamalan dalam kehidupan bernegara, yang tanpa sadar mereka
lakukan.
Kedua,
mampu merealisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Hal ini merupakan
proses lanjutan dari pemahaman. Sebagaimana tercakup pula di dalamnya tentang
pengaplikasian yang masuk sebagai hasil dari penjabaran hakikat Pancasila.
Sehingga bukan berhenti sebagai pengetahuan saja, namun juga mampu
mengaplikasikan ilmunya sebagai bukti nyata kepahaman mereka terhadap ilmu Pancasila
yang diajarkannya.
Dalam lingkup ini,
Pancasila mampu berkembang secara luas dikalangan masyarakat. Sedangkan upaya
yang dilakukan sebagai insan sosial yaitu saling memahami dan menjalankan
kewajibannya sesuai dengan perannya masing-masing. Begitu juga ketika terjun di
dalam masyarakat, tentu memiliki andil dalam melaksanakan kepentingan bersama.
Sehingga sebagai warga negara yang berpendidikan, kita dapat memulainya dari
cara kerja kita sendiri yang sesuai dengan budaya dan tradisi masyarakat
setempat. Hal ini dilakukan, mengingat bahwasannya masyarakat memang memiliki
sisi pemikiran acuh tah acuh. Terutama berkenaan dengan hal-hal yang mungkin
kurang membawa manfaat bagi dirinya sendiri. Sehingga, penerapan nyata dalam
hidup bermasyarakat yang baik ini perlu didorong agar mampu dijadikan teladan
bagi masyarakat yang lain. Dari sisnilah, pendidikan megenai pengamalan Pancasila
secara langsung tertanam pada diri mereka.
***
Bukan hanya
terfokus pada pengembangan dan pengenalan Pancasila saja yang terus digaungkan
kepada masyarakat Indonesia, tetapi juga mengantisipasi timbulnya ketidakelarasan
antar warga negara yang bertolak belakang dengan paham yang lain. Apalagi
muncul ideologi yang ingin menghapus lima dasar ini dari perannya sebagai dasar
negara. Hal ini akan menjadi problema yang perlu mendapatkan penanganan kepada
khalayak yang bersangkutan, umumnya warga negara yang memahami makna sebenarnya
sebuah dasar ini. berbagai aspirasi masyarakat perlu ditampung untuk
mendapatkan pendapat yang memungkinkan terhadap ideologi ini.
Menengok kembali
sejarah Pancasila yang masuk sebagai dasar berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), lima sila ini merupakan penguat pondasi yang perlu
dipertahankan selama Indonesia masih berdiri kokoh sebagai sebuah negara. Namun
berbagai masalah selalu muncul, sebagai realitanya dapat disaksikan
pernyataan-pernyataan masyarakat Indonesia yang menyuarakan pendapatnya tentang
Pancasila ini. Sebagian mereka tidak ingin mengenal, sehingga tidak ada masalah
untuk memutuskan tidak menghafal teks tersebut. Di lain sisi, banyak orang
hafal dan mengerti sekilas tentyang Pancasila, namun tidak mau melafalkannya
dikarenakan bunyi Pancasila yang sebagian poin tidak sesuai dengan realita di
Indonesia. Sebagaimana sila kelima yang melafalkan, “keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” tetapi karena kehidupannya yang merasa tidak mendapat
keadilan ini, menentang dan menghapus kebenaran Pancasila di hati nurani
mereka.
Sehingga hal-hal
yang memungkinkan terjadinya keterhambatan di dalam mensosialisasikan Pancasila
dapat ditempuh dengan mengoreksi kembali kinerja pemerintah terhadap cita-cita
bangsa yang sesuai dengan sila yang tercantum didalamnya. Kemudian memberikan
pemahaman kembali jika memungkinkan untuk dapat diterima oleh mereka yang kontra
terhadap lima dasar ini. Selain itu, jika dikembalikan dengan subyek
“masyarakat” yang berideologi demikian, maka sejauh mana mereka memperuangkan
dirinya untuk hidup layak di negaranya. Sehingga jika memang belum
memaksimalkan kinerja dirinya terutama untuk memperbaiki kehidupannya, maka
pemerintah juga berkewajiban untuk memberikan pelatihan-pelatihan yang sesuai
dalam menangani permasalahannya. Karena munculnya ideologi untuk menghapus
nilai-nilai dasar Pancasila ini berkenaan juga dengan kehidupan sehari-hari
yang mereka alami.
Komentar
Posting Komentar