Puisi Kolaborasi: Kepada Bangsaku


Oleh: Muthi'ah
Karya ini telah ditampilkan dalam acara IAIN Mendongeng tanggal 14 Maret 2015
*lima paragraf dari bawah merupakan kutipan dari puisi Reynald Jefferson (Juara I Puisi 4 Pilar tahun 2013)

Semilir angin melayangkan kehidupan
Dalam tinta merah-putih agung berkibar
Mengumandangkan kisah demi kisah perjuangan
Dahan-dahan saling berbisik
Burung-burung bernyanyi menyapa negeri
Menari dalam hentakan sayap yang kian meninggi
Ragam bangsa terlukis lewat elok suasana
Bagai pelangi yang berjajar di cakrawala
Mengembangkan asa yang tak kunjung sirna
Dan aku berdiri dengan bangga
Citra bangsa menggores sejarah nyata
Lantunan sawah, danau, telah menjadi sangsinya
Lautan membiru menegaskan kemakmuran dalam benakku
Kebanggaan ini tak akan pernah berhenti dengan mudahnya

Kembang bunga warna melambangkan manis alamnya
Lembaran hutan membentang hadirkan penghidupan
Rintikan hujan ikut terlibat dalam derap perjuangan
Hijau padang, sawah ladang menjadi bekal pengharapan masa depan

Lukisan alam ciptaan Tuhan
Tersusun dalam lingkup yang begitu teratur
Menggambarkan puing-puing kisah bangsa kita
Dalam nuansa tentang kasih sayang-Nya
Langkah demi langkah menciptakan sejarah
Membawa nama sebuah Bhineka Tunggal Ika
Meski sakit sempat di seka
Tiada bahagia tanpa luka yang menganga

Diriku sempat di hempas angin cakrawala
Hingga goyah mendera saat iba tak lagi ada
Demi misi mengokohkan bangsa
Dengan segenggam harapan mulia

Jalanku terjal dengan keringat yang terus terkucur
Saat angin tak lagi setia padaku
Hingga hampir kikis citaku melaju

Sedang harus kulakukan kewajibanku
Ketika puluhan tahun sudah kakiku berpijak
Ketika harus kugenggam amanah demi sebuah penghargaan
Ketika terasa remuk raga ini di negeri sendiri
Ketika kebersamaan terenggut dalam darah yang tak terhenti
Ketika itu pula, jantung kemerdekaan seolah merintih letih
Adakah kemerdekaan yang mesti kita saksikan?

Dahulu pernah kugapai sebingkis harapan
Bersama alam yang tak henti memberikan penghidupan
Saat tangan ini kaku lelah menggapai cita
Selalu kurengkuh mengingat Indonesia

Ketika dua belas tahun aku baru mengenal aksara
Dengan gemetar kutulis nama “Indonesia”
Untuk pertama kalinya
saat di SMA kubawa nama Indonesia
berjajar bersama puluhan siswa di penjuru dunia
lalu pulang membawa sebingkis kebanggaan

pertaruhanku ku pikir hanya sia-sia
tak ada yang tahu kobar makna dalam benakku
sedikit demi sedikit waktu membawaku melaju
menciptakan senyuman penduduk negeri

lalu adakah kau lihat harapan-harapan mulia disana?
Yang berkoar-koar dalam lingkup kecil yang terhimpit
Tak adakah yang  menganggap mereka anak-anak negeri?
Bagaimana mungkin harapan tanpa kenyataan?
Selain mengharumkan bangsa dengan prestasi yang mereka miliki
Dan tak semudah itu membangun bangsa yang masih terlalu muda
Ku pikir merdeka akan mengubah sejarah
Mengabadikan tangis yang tak akan terulang kembali
Lalu siapa yang akan memperjuangkan negeri ini
Sedang darah luka sebagai pondasi tumbalnya
Tidak! Bukankah semua itu cara sengit
Yang merelakan sebagian demi sebagian yang tertawa
Lalu khilaf membawa tangisnya?
Lihat saja mawar membungkus diri dengan indahnya
Dengan kelopak merah merekah
Lalu kau sebut ia darah
Yang menyatukan kelopak-kelopak
Demi sebuah persatuan?

Berhenti menghakimi negeri sendiri
Sedang disini kita menjadi kebanggaan
Menggenggam cita bangsa sebagai pemuda negara
Latar kita sungguh berbeda
Keadilan bagiku lebih penting dari sebuah kebanggaan semata
Yang hanya kita makan, sedang yang lain kelaparan

Kita memang diserang
Kita dihantam peradaban
Aku perlahan meninggalkan pedomanku
Mendekat kepada benda mati, mebunuh makhluk hidup

Ini bangsa Indonesia
Dari sabang sampai pelosok merauke
Kita ini bhineka tunggal ika
Negara kita seperti pelangi
Warna-warni namun satu tujuan dengan berani

Republik Indonesia Bukan republik bunga mawar
Mawar tergerus angin lalu mati
Kelopak yang cantik “huhhh” hilang tak kembali

Ayolah generasi
Lekaslah asa mu meninggi
Akankah kita begini
kemudian teracuni dan tak hidup kembali
atau membangun negerimu ini
Dengan semangat yang berapi-api

Ayo bangkit pemuda negeri
Kokohkan NKRI
Mengharumkan ibu pertiwi

Surakarta, 1 Maret 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal