Lukisan yang Mengajarkan
*Karya ini telah tergabung dalam buku Antologi
"Pengalaman Inspiratifku" dalam Event Menulis Flash True Story tahun 2014.
“Terkadang kita
perlu menengok keluar dari kebiasaan. Mungkin disitulah ada jalan Tuhan yang
mempertemukan kita kepada keberhasilan”.
Berawal ketika telapak ini memberikan tepuk tangan
kepada banyak orang tentang pencapaian mereka. Ikut bersorak atas sebuah hal
yang menurut kita luar biasa. Ya, disitulah saya bertanya pada diri sendiri, “Kapan
orang-orang berganti memberikan sorak meriah kepada saya tentang keberhasilan
yang saya ciptakan?”
Saya suka berkompetisi sejenis lomba melukis antar
sekolah semenjak duduk dibangku Sekolah Dasar. Dari situlah, pengalaman demi
pengalaman saya dapatkan. Hingga tak jenuh walau kegagalan selalu menyapa di
depan mata. Baiklah, saya mengalah untuk saat ini! Bukan berarti saya menyerah
dengan keadaan. Saya terus mencoba, dengan berbekal keyakinan kuat bahwa
kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Berpikir positif saja untuk menanggapi
kapan Tuhan akan memberikan sebingkai senyum keberhasilan dari usaha yang saya
lakukan.
Dia lagi! dia lagi! Mengapa saya tak pernah bisa
menjadi seperti dia? Setiap kompetisi selalu dia yang dihadapkan pada ucapan
selamat dan jabat tangan orang-orang terhormat. Oh, jika dicerna lebih jauh
lagi, sesungguhnya banyak kekurangan yang perlu dibenahi dari diri ini. Bukan
menyalahkan juri sebagai penilai setiap kompetisi, atau bahkan ketidakadilan
yang tersembunyi. Sekarang aku mengerti apa yang seharusnya saya lakukan.
Karena saya yakin saya bisa! Saya mampu! Saya bisa seperti mereka, bahkan
lebih!
Menginjak SMP hingga SMA, saya tak bosan mengikuti
perlombaan. Baik atas perintah guru maupun kemauan sendiri. Alhamdulillah, pernah kejuaraan
bertubi-tubi datang silih berganti. Selalu menang walau meduduki juara terakhir
pada kompetisi tertentu. Lalu saya bertanya pada diri sendiri, apakah ini buah
dari usaha keras? Apakah ini tumpukan kegagalan yang menjelma menebus dengan
kemenangan? Tak diragukan, bahwa inilah kuasa Tuhan. Tapi bukan lagi kategori
melukis. Seperti yang saya katakan diatas, bahwa tak selamanya kita harus
menekuni satu bidang saja. Sehingga kita perlu menengok keluar, karena mungkin
disitulah ada jalan Tuhan yang mempertemukan kita kepada keberhasilan.
Disinilah saya mendapat juara menulis dan tetap menekuni melukis sebagai
kegemaran yang telah mengajarkan saya tentang suka-duka sebuah pencapaian.
Komentar
Posting Komentar