Reportase: FLP Wadahi Calon-Calon Penulis Solo Raya dalam Pelatpulpen 2014


Aula gedung DDII (Dewan Da'wah Islam Indonesia) yang berlokasi di daerah Pabelan, Kartasura, Sukoharjo menjadi tempat bersejarah bagi lahirnya penulis-penulis yang bernaung di bawah Komunitas Kepenulisan Forum Lingkar Pena Cabang Solo Raya. Acara yang diberi nama Pelatpulpen Reformasi ini bertujuan memberikan pelatihan menulis sekaligus merekrut anggota baru FLP Angkatan 9 cabang Solo Raya. Berikut juga sebagai syarat wajib untuk menjadi anggota Forum Lingkar Pena.

Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Ahad, 28 Desember 2014 tentu mendapat perhatian khusus bagi masyarakat Solo Raya yang memiliki impian menjadi penulis dan ingin mendalami ilmu kepenulisan. Terbukti, dari anggota baru yang terdiri lebih dari 50 peserta ini berasal dari berbagai usia, wilayah, dan profesi. Mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, guru, dokter, dan profesi lainnya. Sehingga diharapkan forum ini mampu dijadikan sebagai wadah pembelajaran bersama untuk saling bertukar ilmu kepenulisan demi terwujudnya misi; "menjadi sebuah organisasi yang memberikan pencerahan melalui tulisan," kata Trimanto Ngaderi, ketua Forum Lingkar Pena cabang Solo Raya ketika memberikan materi tentang ke-FLP-an. Sebagaimana telah tertuang dalam Aturan Dasar FLP Pasal 2, yang menyatakan bahwa "Forum Lingkar Pena berasaskan Islam."

Dalam acara yang berlangsung mulai pukul 09.00 hingga kurang lebih pukul 15.00 WIB, Taufiqurrohman (Opik Oman) berperan sebagai master of ceremony hingga kegiatan ini terselenggara dengan baik dan teratur. Sebagai Sekretaris Jenderal FLP Solo Raya, pihaknya mengaku mendapatkan banyak pengalaman menulis. Hingga berhasil menerbitkan buku berupa novel dan cerita dalam kurun waktu dua tahun. Dengan keberpihakan Opik terhadap organisasi ini, dapat dibuktikan dengan keaktifannya sebagai anggota FLP hingga sekarang.

Seperti yang telah tertulis dalam pamflet, panitia Pelatpulpen mengundang ketiga pembicara yang telah mempersiapkan diri untuk memberikan pengetahuan dan pengalamannya selama menekuni dunia kepenulisan kepada para peserta. Mulai dari seluk-beluk organisasi sampai kegiatan-kegiatannya, yang disampaikan secara men-detail oleh Trimanto Ngaderi, Ketua Forum Lingkar Pena Solo Raya. Penjabarannya, mampu memberikan pemahaman tentang sejarah hingga rencana kerja yang harus dilaksanakan oleh masing-masing anggota.

Tak kalah menarik dengan Novelis Nasional Afifah Afra dalam kesempatannya menyampaikan materi tentang cara menulis fiksi, ibu dengan dua anak ini terlihat bersemangat untuk berbagi ilmu dengan keluarga baru Forum Lingkar Pena. Meski dapat diakui, bahwa beliau terlihat sedikit canggung karena peserta yang hadir juga terdiri dari bapak-bapak. "Sebenarnya saya agak canggung. Karena harus berbicara dihadapan bapak-bapak," ungkapnya di tengah-tengah pembicarannya. Namun karena telah berniat membagi ilmu, akhirnya beliau dapat mengalahkan rasa canggung dengan memberikan wawasan menulis fiksi hingga habis durasi yang telah ditetapkan. 

Untuk meredam kejenuhan peserta, kedua anggota FLP ditampikan secara mendadak untuk membacakan puisi mereka. Keduanya adalah Ibudh dan Yuan Lawu, yang sama-sama memiliki hobi menulis puisi. Dengan malu-malu, mereka berhasil memberikan sedikit hiburan bagi para anggota barunya. 

Forum Lingkar Pena yang berdiri pada tanggal 22 Februari 1997, bukan hanya bergelut di dalam kelembagaan untuk menghasilkan karya. Dengan maksud, bahwa anggota juga memiliki peluang untuk menulis di media massa dalam melatih keterampilan menulisnya. Berkenaan dengan hal ini, panitia mengundang Esais Nasional Bandung Mawardi yang karyanya telah menjamur di berbagai media massa. Beliau yang menyebut dirinya sebagai bapak rumah tangga ini menjadikan menulis sebagai profesi hidupnya. Berkat ketelatenannya, tulisan pria berambut gondrong ini berhasil menembus empat media cetak sekaligus dalam satu hari. Tepatnya pada tanggal 28 Desember 2014, saat menjadi pembicara ketiga dalam pelatihan dan perekrutan anggota baru FLP. Realita yang dialami Bandung Mawardi, tentunya dapat memberikan greget bagi penulis pemula yang ingin mengabdikan diri dalam kepenulisan. Sehingga pada kesempatan ini, banyak peserta yang mengacungkan tangan untuk mengobati rasa keingintahuannya. Namun pada intinya, banyak membaca dan menulislah yang akan mengasah keterampilan dalam berkarya, dengan diiringi doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Dengan berbekal ilmu, sertifikat, doorprize, buku antologi FLP, dan fasilitas yang telah disediakan, diharapkan mampu memicu semangat peserta dalam berkarya. Memutar kembali penuturan Bandung Mawardi tentang tulisan Asma Nadia, yang tercatat sebagai pendiri organisasi ini, bahwasannya Asma, dalam tulisan yang dibacakan Bandung melalui sebuah koran di akhir pembicaraannya. Yaitu, ketika Asma ditanya oleh seseorang; kapan beliau akan berhenti menulis? Asma menjawab dalam tulisan tersebut, bahwa ia tidak akan pernah berhenti menulis. Hal ini menjadi fakta, akan pentingnya menulis sebagai kegiatan yang tak selayaknya disepelekan. Sehingga, sudah sepantasnya Pelatpulpen memberikan ruang bagi masyarakat Solo Raya yang berniat memperdalam keterampilan menulis sebagai media da'wah. (06/01/15)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal