Creative Thinking; Upaya Memberdayakan Masyarakat sebagai Penggerak Perekonomian Bangsa
*Artikel ini telah masuk nominasi 25 besar Writing Contest Bisnis Indonesia, Refleksi 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia dengan Tema Maju Bersama Ekonomi Kreatif Tahun 2015
Oleh: Muthi'ah
Indonesia sebagai negara yang
memiliki kekayaan alam yang melimpah, tentu memiliki harapan besar untuk ikut
berperan dalam persaingan global. Hal ini dapat di wujudkan salah satunya
dengan memperbaiki kwalitas ekonomi masyarakat. Sebagaimana yang di ungkapkan
tokoh terdahulu, bahwa maju tidaknya suatu bangsa, tergantung dari kehidupan
perekonomiannya. Bagaimana ia dapat mencukupi kebutuhannya, serta memiliki
kemampuan untuk menghidupi masyarakatnya.
Keseriusan pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengusahakan ekonomi kreatif di berbagai
bidang. Sehingga dengan adanya upaya tersebut, Indonesia mampu berdiri pada
barisan negara-negara besar lainnya. Hal ini di harapkan mampu mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan yang masih sering kita jumpai di berbagai pelosok
daerah di Indonesia. Karena pada realitanya, Indonesia masih memiliki angka
pengangguran dan kemiskinan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan negara
maju lainnya.
Bank Dunia yang bertajuk, “Global
Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy, “
menempatkan Indonesia, Brasil, China, India, Korea Selatan, dan Rusia sebagai
penopang pertumbuhan ekonomi dunia hingga tahun 2025 mendatang. Maka tidak
dapat dipungkiri bahwa Indonesia harus mampu memperbaiki perekonomiannya. Di
tambah lagi dengan pengakuan sejumlah pihak yang menilai Indonesia sebagai
negara berkembang yang memiliki potensi besar terhadap kemajuan perekonomian
global.
Sedangkan
laporan Bank Dunia bertajuk Prospek Ekonomi Global tahun 2015, pertumbuhan
ekonomi Indonesia lebih besar dibandingkan prediksi negara Asia lain seperti
Thailand. Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah China yang
diprediksi sebesar 7,1 persen, dan turun di 2016 sebesar 7 persen dan 2017
sebesar 6,9 persen.
Atas dasar itulah, Indonesia semakin
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pernyataan ‘baik’ tersebut. Maka
perlu diketahui bersama bahwa masyarakat Indonesia dan seluruh komponen
pemerintahannya haruslah memiliki kontribusi terhadap upaya pembangunan ekonomi
kreatif di berbagai sektor. Masyarakat perlu mengetahui kondisi negaranya,
sehingga melalui upaya pemerintah mereka dapat menjalankan perannya sebagai
wujud kekuatan bersama dalam mewujudkan ekonomi yang lebih baik di negara
tercinta ini.
Untuk itu, pemerintah perlu
mengadakan pelatihan terhadap masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang
ikut andil dalam perbaikan perekonomian bangsa. Hal ini bertujuan untuk
menempatkan mereka ke dalam pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan
keahliannya. Dengan harapan, kemampuan dan kesesuaian itulah yang akan
menghasilkan pemberdayaan yang sepadan dengan kinerja mereka. Di samping itu,
barangkali akan melahirkan wirausaha-wirausaha yang mampu membantu mengurangi
angka pengangguran di negeri ini. Sehingga secara otomatis, kemiskinan juga
akan berkurang dengan adanya penyerapan lapangan kerja yang ada.
Kembali kepada penjabaran John
Howkinds yang tertuang dalam Wikipedia mengenai istilah ekonomi kretif, bahwasannya
ekonomi kreatif merupakan "kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya
melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini,
menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan."
Berkaitan dengan pernyataan
tersebut, maka diperlukan kreatifitas yang tinggi dalam menghasilkan suatu
karya. Sehingga ide dan gagasan itulah yang menggerakkan kita kepada pekerjaan
yang akan dilakukan. Namun perlu diingat, bahwa ide kreatif itu perlu diimbangi
dengan ide-ide cerdas, sehingga bukan hanya menghasilkan sesuatu yang layak
dihargai, tetapi juga mampu mendatangkan keuntungan yang besar.
Sementara itu, Basuki
"Ahok" Tjahaja Purnama memperkuat pernyataan tersebut. Sebagaimana
diberitakan oleh Bisnis.com, pada tanggal 29 Mei 2015, Ahok menuturkan,
"Pelaku usaha tak boleh asal memproduksi barang kreatif, tetapi harus
memiliki nilai jual tinggi,” ungkapnya ketika memberikan sambutan dalam Pekan
Produk Kreatif DKI Jakarta di Lapangan Banteng.
Masyarakat
Kreatif
Untuk mewujudkan alat terbang bagi
Indonesia, setidaknya memiliki masyarakat yang berpotensi sebagai wujud
pengaplikasian terhadap ide-ide kreatif yang ada. Karena masyarakat inilah yang
akan muncul sebagai kelompok-kelompok pembangun perekonomian itu sendiri. Ini
disebabkan karena karakteristik pelaku ekonomi kreatif adalah mereka yang
bekerja bukan hanya dengan satu orang saja, melainkan berkelompok atau
bersama-sama. Sehingga pada zaman inilah muncul tim-tim seperti Google.com,
Youtube.com, Apple.inc dan masih banyak tim lain yang namanya telah mengudara
di seluruh belahan dunia. Lalu bagaimana dengan kesiapan masyarakat kita?
Mengacu pada konteks kecil di dalam
kelompok masyarakat, sering terjadi ‘penjiplakan’ dari segi pembukaan usaha
bahkan pengaplikasian ide. Hal ini dapat kita lihat ketika sebuah desa memiliki
usaha yang sama dengan harapan akan mendapatkan hasil yang besar setelah
tetangganya sukses pada usaha yang ditekuninya.
Peristiwa ini tentu menimbulkan statement
yang berbeda-beda dalam menanggapi permasalahan ‘kecil’ tersebut. Di tinjau
dari segi bisnis, tentu akan terjadi persaingan dagang sehingga dapat memungkinkan
terjadinya pemikiran untuk lebih memajukan usahanya dengan cara berpikir menuju
penggalian ide. Mungkin pada saat itu pula, mereka mampu menerapkan prinsip
ekonomi kreatif dalam lingkup tersebut. Namun di sisi lain, pengaplikasian yang
sama justru menjadikan sesorang berpikir kurang kreatif dalam memilih peluang
usahanya. Sehingga ide kreatif inilah yang harusnya diwujudkan dengan cara
kreatif pula dalam rangka memajukan perekonomiannya.
Fenomena lain yang terjadi di
Indonesia, penggerak perekonomian justru berangkat dari inisiatif salah seorang
warganya. Tetapi dengan hal kecil inilah, Kampoeng Cyber justru mendapat respon
yang positif karena memiliki potensi tersendiri dalam memainkan perannya
sebagai penggerak ekonomi. Kampung yang beralamat di kelurahan Patehan
kecamatan Yogyakarta ini menjadikan batik sebagai produksi utamanya. Namun
seiring berjalannya waktu, terdapat inisiatif warga yang ikut bergabung untuk
memanfaatkan potensinya sebagai pengusaha sablon, makanan, serta produk lain
sebagaimana yang dipublikasikan dalam web Kampoeng Cyber miliknya.
Informasi
ini terangkum ketika tim mading dari salah satu SMA di Yogyakarta menjadikan
kampung ini sebagai inspirasi madingnya yang mereka beri nama “MAKACY”, yaitu kependekan dari Mading Kampoeng Cyber.
Sehingga ide kreatif para pemuda itu pun berhasil membawa timnya masuk sebagai
nominator 2 terbaik dalam kompetisi Pekan Informasi dan Teknologi (PING) yang
diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Informatika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret di Surakarta tahun 2013.
Sementara di Bandung juga terdapat art
village alias kampung seni yang mayoritas warganya berprofesi sebagai
seniman, khususnya pelukis. Fenomena tersebut yang menjadikan kampung Jalekong
ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu menjadikan lukis sebagai keahlian
turun-temurun. Uniknya lagi, lukisan mereka bukan hanya merambah di Indonesia,
tetapi meluas hingga ke mancanegara.
Bukan hanya itu, pelaku ekonomi
kreatif papan atas dan tokoh lainnya tentu memiliki pengharapan terhadap
bidangnya masing-masing dalam memajukan ekonomi Indonesia. Seperti yang
diwartakan Tempo.co, pada tanggal 4 Agustus 2015, bahwa musikus Yovie Widianto
meminta Presiden Joko Widodo untuk membuat program musik bertajuk Raya
Indonesia. Dewi Lestari sebagai penulis juga memiliki harapan tehadap subsidi
kertas dan harga buku. Sedangkan sutradara Lucky Kuswandi meminta agar memperbanyak
bioskop dan membuat regulasi terkait perfilman Indonesia.
Hal ini menjadi bukti bahwa potensi
dan kemampuan masing-masing pelaku ekonomi memiliki hak dan kewajiban yang
berbeda. Sehingga harapan dan peran serta masyarakat dalam memajukan
perekomomian pun juga tidaklah sama.
Realita inilah yang semestinya
dijadikan sebagai acuan pemerintah dalam menghadapi problema di negeri ini. Di
antaranya melakukan tindakan cepat dan tepat sasaran terhadap masyarakat sebagai
solusi dalam upaya “petolongan pertama” perekonomian masyarakat miskin dan
pengangguran di Indonesia. Dengan harapan, mampu mengentaskan permasalahan ekonomi
melalui pembiasaan creative thinkhing sebagai modal utama masyarakat
pelaku ekonomi kreatif.
Sepintas informasi, sebagaimana diinfokan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2015 terhadap
triwulan II-2014 tumbuh 4,67 persen, melambat dibanding capaian triwulan
II-2014 yang tumbuh 5,03 persen dan triwulan I-2015 yang tumbuh 4,72 persen.
Peningkatan investasi serta penurunan angka pengangguran sangatlah berpengaruh
terhadap percepatan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Walaupun hambatan
pembangunan infrastruktur, sumber daya, dan lain sebagainya ikut mempengaruhi
cepat-lambatnya kemajuan ekonomi, namun dengan usaha bersama semoga mampu
mewujudkan terlaksananya perekonomian bangsa yang sepadan dengan pengharapan.
Bersamaan
dengan ini, Indonesia telah sampai pada gerbang usianya yang ke-70 di tahun
2015. Seolah hal ini menjadi isyarat bahwa tak lama lagi Indonesia akan
menghadapi persaingan global secara nyata yang barang tentu melibatkan seluruh
anggota masyarakatnya. Maka dari itu, sebagai negara yang ‘diramal’ memiliki
potensi terhadap ekonomi global tentunya mempunyai greget untuk
memajukan perekonomian bangsa. Sehingga dengan adanya pengakuan itulah,
Indonesia benar-banar mampu membuktikannya. Andaikata tidak, apa kata dunia?
Komentar
Posting Komentar