Nothing!



 Sumber gambar: http://nurana96.blogspot.co.id/2011_05_01_archive.html
“Entah apa yang membuatku untuk terus berpikir apa yang mempengaruhi keadaanku sekarang. Setelah mendengar kabar tentang sesuatu yang sempat melumpuhkan semangatku.”


        Kita mungkin pernah memimpikan untuk menjadi manusia yang berkemampuan dalam bidang yang sesuai dengan passion kita. Lalu setelah mimpi itu kita dapatkan, gejolak diri untuk lebih memajukan potensi juga semakin berkembang pula. Apalagi, untuk menjadikan kita menjadi orang yang dapat membawa manfaat di masyarakat. Tentu hal inilah yang menjadi harapan yang mulia untuk diwujudkan. Begitu pula denganku. 

     Suatu saat aku diminta untuk berbagi pengalaman, memberikan motivasi untuk mereka yang ingin mengetahui bagaimana caranya diri ini melangkah hingga bisa membuat ‘sedikit’ perubahan dalam hidupku kepadanya. Ia begitu bersemangat, yang menjadikanku tak sanggup menolak permintaannya. Sehingga aku harus mengangguk dan menjadikan hal ini sebagai sebuah action, terlebih lagi dapat bermanfaat untuk mereka. Meskipun sempat diriku ragu untuk melakukannya, namun aku hanya meyakinkan diriku untuk memberikan sedikit yang aku punya, yaitu memberikan inspirasi bagi mereka (paling tidak). Sekali pun berhasil atau tidak pada akhirnya, aku hanya berharap ilmu yang aku bagikan mampu menjadikan mereka memiliki impian yang lebih besar untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Inilah yang membuatku tak meragukan diri ini untuk sharing dengan sesama.

        Aku kira semuanya akan berjalan baik. Sehingga persiapan yang matang segera ku rancang mendekati detik-detik menjelang hari dimana aku harus menampilkan yang terbaik demi memotivasi mereka. Tanpa memandang apapun yang aku miliki, dan apapun yang akan aku dapatkan. Karena aku sadar, jika ini telah menjadi kepercayaan mereka untuk mendengarkan penuturanku, kenapa aku harus ragu? Begitulah pikirku!

          Nothing.

          Nothing.

          Nothing.

          Aku kembali mencari-cari diriku.

          Kesempatan itu mungkin lupa akan janjinya padaku. Atau ia tak mempercayai aku lagi? Padahal dialah yang membuatku mampu berkata “welcome” untuk pertama kalinya tentang hal 'tersebut'.

          (Rangkuman-rangkuman dan ceceran aksara itu, mengajarkanku untuk kembali merenungkan dimana aku harus mencari diriku).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal