Membaca Tanda



 Oleh: Muthi'ah


Belajar kehidupan serupa belajar tentang kesabaran. Kedua-duanya memiliki pengaplikasian yang tiada batas. Jika benar bahwa kehidupan merupakan sebuah proses pembelajaran, maka setiap orang akan belajar sebagai kebutuhan hidup. Begitu pula sebaliknya. Hidup untuk belajar.
            Sebagai insan berpedoman, Allah telah menunjukkan firmannya dalam Al-Qur’an Surah Fushilat ayat 53, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” Maka beruntunglah setiap hamba Allah yang tetap istiqomah dalam alur petunjuk-Nya. Bahwa setiap diri adalah sesuatu yang perlu untuk dipelajari.

            Dalam Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, menerangkan bahwa ayat ini turun sebagai pengobat gundah bagi Nabi Muhammad Saw yang diresahkan hatinya oleh sikap orang-orang musyrik terhadap Al-Qur’an. Maka Allah perintahkan kepadanya untuk tetap bersabar. Sehingga tepatlah, jika Al-Qur’an adalah penghilang resah pada hati yang gelisah.
            Dalam lingkup realita, belajar tentang hidup dan kehidupan manusia berarti membelajarkan diri untuk mampu memahami. Setiap orang memiliki warna tersendiri dalam lembar kehidupannya masing-masing. Pola pemikiran berbeda serta budaya dan kebiasaan yang berbeda pula menjadi satu hal yang tentu akan menjadi pembelajaran bagi diri untuk lagi-lagi “memahami”. Bahwa setiap jiwa memiliki sisi pandang yang berbeda, meskipun di lain sisi terdapat pula pandangan yang sama.
            Hal ini layaknya seni hidup. Setiap manusia akan mengekspresikan dirinya dengan cara mereka sendiri. Seni yang tidak dapat dipahami secara utuh jika hanya sekilas mata memandang. Karena seni butuh diresapi, sehingga kita akan mencapai titik “mampu” untuk menyampaikan maksud sesuatu yang tersirat.
            Imam An Nawawi dalam Salim A. Fillah (2008: 310), saat aku lelah menulis dan membaca di atas buku-buku kuletakkan kepala dan saat pipiku menyentuh sampulnya hatiku tersengat kewajibanku masih berjebah, bagaimana mungkin aku bisa beristirahat? Layaknya seseorang yang tidak ingin kehilangan sedikit waktunya untuk hal yang sia-sia. Menyelami lautan ilmu yang tak terhingga jumlahnya.
            Di sinilah potret nyata bahwa orang yang benar-benar berilmu tidak akan melipat malam dengan mata terpejam. Banyak hal yang harus ia pahami sehingga membuatnya sedikit beristirahat. Maka tak heran, banyak karya yang ia dapat dari membaca kehidupan. Segala yang dipelajari akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
            Islam juga telah memberikan teladan yang baik dengan melahirkan figur-figur terbaik dunia. Bahkan di setiap penciptaan, Allah telah menurunkan “tanda-tanda” yang menjadi hal menarik untuk pelajari. Bukti bahwa kasih sayang Allah begitu luas melebihi luasnya samudra yang membentang dari ufuk ke ufuk. Hanya saja, mampukah kita untuk membaca setiap tanda yang disiratkan oleh-Nya?

Telah dipublikasikan oleh Islam Digest Republika, 14 Agustus 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal