Sajak Rahasia



Jika mungkin "ada" atau "tidak ada" seorang pun yang mampu kubaca, biarkan ku jamah sendiri jalanku. Bersikap layaknya "debu di atas cermin"-nya Jalaluddin Rumi. Ingat kerendahan seonggok manusia sebagai "binatang jalang"-nya Chairil Anwar lalu terus menjadi pribadi yang berkualitas. Ya, mengingat "aku" adalah di antara milyaran "umat terbaik" menurut sabdanya Rasulullah tercinta, Muhammad Saw.


Untuk sebuah alasan mengapa kutulis sajak ini, karena dalam kurun waktu singkat saat aku menggoreskan pena pada pelataran serat kayu, aku mengingat satu hal. Ya, dambaku pada selain-Mu. Sungguh berdosa rasanya mendua cinta pada hal yang fana. Mencintainya melebihi cintaku pada-Mu. Membuatku "mengingatmu hanya sangat sesekali" kira-kira begitulah Emha Ainun Nadjib menggambarkannya dalam "Doa Seheleai Daun Kering"-nya. 

Aku tak pantas memuja nafsu, cinta, dan suka pada selain-Mu. Maka maafkan aku untuk Rabb-ku yang sesalu saja memberi Kasih pada sosok hina ini. Serta maafkan aku pula, untukmu yang sesama manusia. Pasti mengerti bagaimana agama kita mengaturnya. Sedangkan aku harus terus melangkah maraih cita, sebelum raga ini benar-benar tak kukenali lagi.
 ###

seperti puisi yang tak henti bernyanyi layaknya *s*p yang mengelilingi tubuhmu
kau akan terus seperti baling-baling yang tak lelah mengikuti kemana arah angin pergi
berputar pada lingkaran tanpa ujung 
serupa juga napas yang terus menghirup, sedang tak tahu udara yang berpolusi itu perlahan men***k jiwamu

Aku ingin pergi dari tempat kau berdiri
biarkan jalanku terjal dan duri melukai telapak kaki yang bersimbah darah ini
agar kau tahu, bahwa hidupku tak semudah mengalirkan setiap mili darah dengan duduk bersila sambil men*g*k ***i di h**-h** atau seperti menelan am**s *e**ak*u yang lamat-lamat mengikis kesumat hingga perlahan ragamu terkunci

udara dan CO2 yang melewati arteri telah ber*o**s*
sebab ulahmu sendiri
maka disekelilingmu pun, *i*b*h-l*m*a* berserakan mengotori lembaran hati

kini, bila suatu saat puisimu bernyanyi 
dan gendang itu bernada lagi
biarkan kudekap rapat segala nurani
agar gugurnya tak kabur bersama *ep*l*n *s** yang menghancurkan diri

bila tinggal sebilah ayunan untuk menghargai deru angin yang berbunyi
akan kunikmati sebagai perihal yang tak akan kau tahu
bahwa aku hanya meninggalkan raga yang terluka
sebab jiwaku tetap akan beada pada genggaman Yang Kuasa
bernaung di bawah-Nya  

Kemasan, 26 Agustus 2016

Nb: 
Simbol (*) hanya kamu yang bisa membacanya. Iya, kamuuu
Jika mampu "kau" terka, maka sungguh sajak ini kupersembahkan untuk kehidupan yang lebih baik. 
Salam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal