Semesta Ummi
Pada kayu-kayu yang rapuh
Engkau bicara angan
Dengan tatapan mata terbuka
Serta ribuan pengharapan yang
menyala
Ini malam di bulan Juni
Kali pertama aku memelukmu dalam
dekapku
Mencari celah manakah yang harus
kututupi
Agar keringat dan air mata tak
keluar lagi
Di rumahmu
Di atas dipan tua yang goyah
Tempat di saat tubuhmu mulai
mengadu
Rebah di antara lelah dan
wajahmu yang pucat
Menunggu waktu memetik tawa penuh
suka dan cerita kita
Tanpa mau tahu, bagaimana dirimu
menggadaikan kekuatan
Dengan tubuh kurus dan ringkih
memayungi nafas
Agar peluhnya tak lagi menderas
Kutemukan kembali entah kesekian
kali
Luka tergores melukis kulitmu yang
lentur
Lalu kau balut dengan kain seadanya
Berharap nanarnya tak lagi bicara
Di malam-malam penuh bintang
Kutemukan dikau terbaring
Tidur di atas sajadah dan
terbalut mukena yang tak lagi putih
Sedang pipinya, terlukis aliran
bening yang hampir mengering
Masih dengan isyarat telapak tangan
terbuka
Terurai tasbih menutupi rongga
jemarinya
Tak letih, tak jenuh
Hingga keluhnya tak pernah ku dengar
Bahkan ketika tubuh ini terbaring
di pangkuan
Tak kutemukan basah linang yang
menggenang
Komentar
Posting Komentar