Melukis Kepergian
*Puisi Mutia Senja di Magelang Ekspres edisi Sabtu, 10 Maret 2018 Rubrik Menoreh.
MENERKA
MATA
Aku
melihat keindahan saat mata terbuka
Rumput-rumput
menari di tanah yang terhampar
Bagai
sajadah yang dipenuhi metafora diksi
Bahkan
ketika netraku terkatup mengusir dahaga
Pada
apa-apa yang melenakan mata
Sebab kujumpai binar matamu
Di ruang-ruang mimpi
Dengan dindingnya yang bersinar
Dan wangi bunga melati
Jika
pagi memaksaku membuka mata
Nampaknya
aku lebih dulu membuat prasangka
Menciptakan
keabadianmu dalam puisiku
Yang
tak mampu lagi kau terka
Sragen,
2018
MELUKIS
KEPERGIAN
Sebelum
sebuah pena tumpul
Saat
hendak melukis senyum bibirmu
Lampu-lampu
meredup
Sedangkan
malam semakin larut
Layaknya
jantung yang berdetak
Aku
masih melanjutkan lukisanku
Aku tahu masih ada yang tertinggal di ufuk
Yaitu suaramu
Sebelum ia kembali bersama mentari
Mengambil segala ingatanku
Ada yang ingin kukatakan pada semesta
Bahwa ada yang rela mati
Demi ingin menghidupi
Sebelum
kicauan burung menegur sunyi
Nampaknya
ada jemari yang berbincang
Tentang
malam, bulan
Juga
sebait kisah perihal lukisan wajah
Sepertinya Tuhan hendak menguji
Meski dengan kesakitan atau janji
Yang tak ingin diingkari
Dan aku hanya ilusi
Yang ikhlas menanggung pergi
Sragen,
2018
Komentar
Posting Komentar