Aku Ingin Berkawan dengan Apa Saja

*Puisi-Puisi Mutia Senja yang terbit di Solopos edisi Minggu, 28 Januari 2018.


Merindukan Kehangatan

/1/
Tuhan, bolehkah aku tertidur di ladang yang kau ciptakan ?
meskipun langit mendung dan hujan petir hampir-hampir turun
bahkan badai dikawal jutaan rerunTuhan akan menghantam tubuhku
di pembaringan
biarkan
asal kau tetap mencintaiku

/2/
Tuhan, aku ingin menunggangi kuda sambil melipat selendangku di pundak
lalu seekor kuda hitam dengan langkah menghentak tanah kulajukan dengan gagah
mengelilingi taman-taman yang penuh euforia
hingga senja tiba aku akan pulang kembali
asal kepulanganku selalu kau nanti

/3/
Tuhan, izinkan aku melukis mata seseorang
yang mengenakan busana berwarna biru, sama dengan gaunku
sebab akan kutinggalkan sesimpul senyum di saku bajunya
agar setiap pagi matahari merekah menghiasi pancaran wajahnya
meski sedikit pun cahayanya tak sempat memberikan kehangatan
asal kau tetap memelukku, Tuhan
berikan kehangatan

Sragen, 2017



Aku Ingin Berkawan dengan Apa Saja

aku tak ingin Tuhan kesepian
maka ku senandungkan nyanyian parau suara
setelah habis sujud dan rukukku
aku tak ingin Tuhan kesepian
maka ku tepis kantuk megusik raga
ketika malam tiba.
aku tak ingin Tuhan kesepian
hingga ku tengadahkan tangan
sambil bercengkrama dengannya
aku tak ingin Tuhan kesepian
tapi apalah dayaku ketika nafsu jiwa menggoda
atau dongengan-dongengan lucu manusia
membuatku memilih memejamkan mata
bahkan ketika nafasku direnggut nafsu jiwa
apakah aku masih punya daya ?
aku tak ingin Tuhan kesepian
maka biarkan aku berkawan dengan apa saja
dan akan ku jumpai Tuhan di sana.

Sragen, 2017

 
 
Ganti Hari

malam tiba-tiba menjelma mentari
meskipun langit begitu kelam
menahan kita untuk tetap menjaga kesunyian
namun, dalam kerlip bintang-bintang
hati kita saling berbisik
hingga diam pun menjadi pengibaratan kata-kata
kita, masih saja bercengkrama
walau lelap telah memutus perbincangan
sejatinya rindu tak habisnya berguman
bersama waktu

aku terlanjur berpuisi
pada malam yang hanya ku jumpai kau disana
sebab segala kasih telah bermuara menjadi satu rasa
gelombang, tiba-tiba tak lagi riuh
namun gemuruhnya tak habis mengumandangkan gejolak
tentang waktu yang berhenti memandangi kita
sedang aku, hanya mampu menghantarkan nurani
sebab bersamamu, aku akan kembali bernyanyi

Aceh, 2 Mei 2017
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal