Selamat Membaca Semesta

Teruntuk: Nusaibah kecil

Sepagi ini, aku menemukan kisah baru di bulan Juni. Maka kusambut pagi dengan memunguti kembali aksara yang tercecer di meja dengan segelas teh dan nasi goreng buatan adikku. Selamat pagi semesta!


Sempat kecewa karena telah melewatkan Mei tanpa jejak aksara. Tentang kelahiran Ibu dan buku pertamaku, juga tentang bulan pertama aku mengemban amanah baru. Seharusnya ribuan aksaraku jath menjadi rinai hujan di beranda blog yang kini sedang kau baca. Lalu tatapan kecilmu menjadi saksi perjalananku. Betapa tak terhingga rasa syukur yang berkali-kali harus kuungkap menjadi sebait sujud. Tuhan menyertai langkahku senantiasa. Aku yakin itu.

Welcome June! 
Aku tak sabar mencium pipi merah keponakan baruku. Yey! Tepat hari ini aku sah menjadi tante atau "bu lik" bagi anak perempuan dari kakakku. Alhamdulillah. Meskipun sempat membuatku tak bisa memejamkan mata hingga menjelang ganti hari, tapi Allah melancarkan persalinan hingga menemui subuh aku pun mendapat kabar; ada bayi mungil menangis di pelukan kakak kandungku sendiri. Betapa rasaku ini tak dapat kugambarkan dengan apa saja. Segalanya berjalan di luar praduga. Tuhan Maha Mengejutkan, bukan? 

Semesta sedang melantunkan takbir di punggung pagi sebelum matahari terbit. Malaikat turun disepertiga malam menjelang kelahiran bayi cantik yang insyaAllah berperilaku sebagaimana Nusaibah. Mujahidah Allah, sahabat Rasulullah yang kerap dipanggil Ummu Imarah. Dia wanita tangguh dengan keberanian penuh. Kakak iparku mendambakan putrinya sebagai sosok Imarah yang pemberani membela kebenaran. InsyaAllah. Aamiin. 

Aku diam sambil menghadapi kenyataan baru.
Statusku menjadi bibi, ibuku menjadi nenek, dan kakakku menjadi ayah, juga kakak iparku yang dulu bisa dianggap teman berjuang, kini menjadi ibu. Aku tak bisa berpikir bagaimana ibu merasakan memiliki putri baru dari darah daging anaknya, lalu begitu seterusnya. Apakah rasa cinta terhadap cucunya sebagaimana rasa cinta terhadap anak-anaknya? Aku ingin merasakan betapa bahagianya hati ibuku saat memeluk bayi kecil itu. Adakah cinta itu tercurah menjadi bingkisan doa yang kini sedang dirangkainya bersama Tuhan di atas sajadah kala Subuh pagi tadi? Ibu memang wanita paling pandai menyembunyikan rahasia. 

Sekarang, sebelum kutunaikan aktivitas yang menguras tenaga di bulan Syawal ini, aku ingin kembali membangun mimpi. Sebelum waktunya tiba, aku ingin belajar banyak hal dari kehidupan yang Tuhan titipkan. Jika aku punya rasa, kupastikan selalu ada rahasia. Barangkali hingga saat ini tak ada yang mampu membaca hatiku. Tapi kebahagiannku dapat kau rasaka ketika puisi-puisiku menyentuh jiwamu. Sejauh aku sadar, aksaraku hanyalah pungutan. Namun setidaknya aku paham bagaimana memuliakan diri sebagai manusia. Seorang wanita yang dimuliakan Sang Pencipta. Sebagai ibu. Sebagai pondasi nafasmu. 

Adikku, selamat "membaca" semesta. Ajakan paling mulia dari Tuhan bagi hambanya.
Engkau dilahirkan sebagai calon Ibu. Maka bimbinglah dirimu.
Didiklah setiap anak jiwamu. Sebab nasib generasi ada di genggam tangan kita. 
Nusaibah, pejuang wanita yang pantang menyerah. Selamat menempuh medan laga baru!
Seketika, engkau tersenyum di pelukan ibundamu. 

Sragen, 19 Juni 2018. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Muhasabah

Contoh Teks Master of Ceremony Acara Formal