Berliterasi Melalui Novel dan Puisi
Sebagaimana
yang dikatakan Kuntowijoyo bahwa rumus menulis ada tiga; menulis, menulis dan
menulis. Sedangkan pepatah mengatakan bahwa membaca adalah jendela dunia. Maka
orang yang gemar menulis dan membaca, mampu menggerakkan proses berkreativitas
dengan mengasah ide serta pemikiran mereka untuk terus membaca dan menulis.
Dua
hal ini memang tak luput untuk menumbuhkan ide gagasan yang kemudian saling
berkolaborasi sebagai wujud implementasi ilmu dan pengetahuan. Maka dengan
membudayakan membaca dan menulis di berbagai kalangan, diharapkan mampu menjadi
penunjang dalam memajukan Indonesia yang cerdas.
Berkaitan
dengan hal tersebut, Kamis 19 Juli 2018 di Arsip dan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Sragen menjadi sarana dalam membumikan budaya literasi. Kesempatan
ini dipelopori oleh Balai Bahasa Jawa Tengah bekerjasama dengan Rumah Sastra
Sragen sebagai salah satu komunitas sastra di Kabupaten Sragen.
Ketiga
institusi yang saling mendukung untuk tercapainya kegiatan agar terlaksana
dengan baik sebagaimana yang telah disepakati bersama, maka dengan mengundang
berbagai kalangan; masyarakat, pelajar, penyair, mahasiswa, dan pegawai untuk
turut berpartisipasi dalam kegiatan Lokakarya Penulisan Novel dan Puisi.
Pada
kesempatan ini, Balai Bahasa mengundang narasumber Anggoro Suprapto dari
Semarang yang telah berkawan dengan karya-karya novelnya serta Sus S. Hardjono
dari Kabupaten Sragen yang lihai dalam pembuatan karya puisi. Kedua narasumber
ini masing-masing diberikan kesempatan untuk membagikan ilmunya kepada peserta
lokakarya yaitu 3 jam. Dalam waktu yang cukup lama ini, peserta diberikan
motivasi, trik, juga praktik mengenai tata cara menulis novel dan puisi.
Kegiatan
yang melibatkan Sekolah Menulis Sragen juga mendapat komentar yang positif dari
narasumber Anggoro Suprapto bahwa antusias generasi muda dalam menulis perlu
didukung dengan program menulis yang baik, sehingga akan muncul penulis-penulis
baru diera modern dengan gaya khas mereka masing-masing.
Sebagai
insan berpendidikan, pelajar pada khususnya harus mendapat pengawasan dan
pelatihan untuk giat dalam membudayakan literasi. Di samping karena mental
generasi muda yang semakin minim dalam minat baca namun juga kemajuan
tekhnologi yang mengganggu mereka untuk kembali menyibukkan diri dengan
buku-buku.
Oleh
karena itu, pelatihan yang telah diadakan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah dan
Rumah Sastra Sragen harus mendapat tindak lanjut. Jadi ilmu yang didapatkan
bukan hanya berhenti pada teori tanpa aplikasi. Maka setelah diselenggarakannya
acara lokakarya ini, Sekolah Menulis Sragen sepakat untuk melanjutkan praktik
menulis karya, baik novel, puisi, cerpen, atau karya sastra lainnya. Tentu,
didorong dengan kemauan kuat atas pelatihan yang telah terselenggara secara
baik dan penuh inspirasi untuk kembali membaca dan menulis lagi. (MS)
Komentar
Posting Komentar